Night Diamond

Sabtu, 01 Oktober 2011

Home » , » Sebuah Sumur Tua

Sebuah Sumur Tua


Suatu sore, sore yang sunyi dan gerimis. Tiba-tiba ibuku meminta aku untuk mengambil air dari sumur. Aku berangkat dengan membawa dua buah ember plastik dan berjalan tanpa niat, karena aku tahu bahwa sumur itu jauh, di tengah hutan, dan buruk rupanya dengan suasananya yang seram. Langit semakin menghitam, guntur semakin menggelegar, hujan pun tak sudi untuk diam, namun aku terus berjalan walau tanpa niat.
                                                                     

Ketika aku hampir sampai di sumur itu, ada seekor macan tutul mengaung marah mendekatiku aku tak tahu apa maksudnya, namun tak lama dia langsung mengejarku hingga akhirnya aku mengumpat dan macan itu kabur dari pandanganku. Aku melanjutkan perjalanan, dan ahirnya aku sampai di sumur itu. Aku mengerek emberku ke dalam sumur tua itu beberapa kali, kerekan ke 3 aku berkata dalam hati “Untuk apa ibuku menyuruh aku datang ke sini hanya untuk mendapatkan air yang bau” namun tak lama setelah itu, seekor elang terbang menghampiriku seolah marah ia langsung mematoki kepalaku dengan paruh kerasnya. Terpaksa aku pulang karena hari sudah malam, walau hanya membawa sedikit air.

Sesempainya di rumah, aku menyampaikan alasan kepada ibuku untuk menjelaskan mengapa aku hanya membawa sedikit air. Untung saja ibuku tidak marah kepadaku. Hingga suasana tenang aku bertanya kepada ibuku “Ibu, mengapa aku harus mengambil air bau dari sumur tua yang jauh itu ? sementara kita bisa mendapatkannya di kota” ibuku diam lalu menjawab dengan tenang “Hanya ingin kau mengerti” aku bingung dan balik bertanya lagi “mengerti untuk apa ?” ibu lantas menjawab lagi sambil tertawa kecil “Jadi kamu belum mengetahuinya ya.. kalau begitu minggu depan kamu harus pergi ke sumur tua itu dan lihat amati airnya” aku diam dan pergi tidur tanpa kata dan pikiran.

Minggu depan sejak hari itu, saat aku sedang memancing di sungai dekat rumah, aku teringat saran ibu untuk kembali pergi ke sumur tua itu. Aku langsung pergi dengan niat mencari tahu apa yang dimaksud oleh ibu. Perjalanan itu aneh, tidak seperti perjalanan yang sebelumnya, tidak ada hewan buas, dan suasananya yang tenang.

Sesampai di sumur, aku melihat genangan airnya dengan membaringkan tubuhku ke pembatas sumur itu. Tubuhku tiba-tiba terasa berat, semakin berat, dan berat. Aku pun jatuh dan tenggelam ke dalam sumur, entah kaget atau terkesan, pertama aku melihat ikan unik yang sangat indah yang pernah aku lihat, tubuhku semakin ke dalam, aku tidak tahu mengapa aku masih kuat untuk bernapas. Semakin jauh dari mulut semur aku tenggelam, aku melihat banyak ikan-ikan unik yang belum pernah aku melihatnya, ikan itu dengan sesama menerangi kehidupan sumur yang sudah tua itu. Begitu banyak ikan-ikan yang telah punah tetapi masih hidup di sumur itu, tak hanya itu banyak juga tanaman-tanaman yang bercahaya indah yang belum pernah dikenal manusia sebelumnya.

Dari hal itu aku berpendapat bahwa sumur tua itu adalah sumur yang mahal harganya meskipun suasanya seram dan air yang bau tetapi di dalam sumur itu terdapat kehidupan ekosistem yang damai, tenang, dan tentram tidak seprti kehidupan di luarnya yang bagus, terlihat indah, dan terlihat lebih sempurna tetapi terdapat kehidupan yang penuh masalah dan tidak adanya keadilan serta kedamaian yang sempurna.

Nah dari cerita itu penulis berpesan untuk jangan menganggap semua sesuatu yang terlihat indah dan lebih sempurna akan berakibat baik untuk kita. Sering kita berharap untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari apa yang kita dapatkan, seperti jika kita melihat seorang anggota DPR atau bos contohnya jika kita bukan orang seperti mereka pasti kita akan berharap menjadi seperti orang itu, padahal kita belum tahu bagai mana susahnya mengurus anak buah jika menjadi bos. Tahukah anda bahwa keadaan sekarang yang anda dapatkan lebih baik dari apa yang anda harapkan. Maka bersyukurlah, masih susahkah anda untuk bersyukur ?

Terkarang oleh : Muhammad Aziz

.......:::: Wassalam ::::.......

0 comments:

Posting Komentar