Suatu
sore, sore yang sunyi dan gerimis. Tiba-tiba ibuku meminta aku untuk mengambil
air dari sumur. Aku berangkat dengan membawa dua buah ember plastik dan
berjalan tanpa niat, karena aku tahu bahwa sumur itu jauh, di tengah hutan, dan
buruk rupanya dengan suasananya yang seram. Langit semakin menghitam, guntur
semakin menggelegar, hujan pun tak sudi untuk diam, namun aku terus berjalan
walau tanpa niat.
Ketika aku hampir sampai di sumur itu, ada
seekor macan tutul mengaung marah mendekatiku aku tak tahu apa maksudnya, namun
tak lama dia langsung mengejarku hingga akhirnya aku mengumpat dan macan itu
kabur dari pandanganku. Aku melanjutkan perjalanan, dan ahirnya aku sampai di
sumur itu. Aku mengerek emberku ke dalam sumur tua itu beberapa kali, kerekan
ke 3 aku berkata dalam hati “Untuk apa ibuku menyuruh aku datang ke sini hanya
untuk mendapatkan air yang bau” namun tak lama setelah itu, seekor elang
terbang menghampiriku seolah marah ia langsung mematoki kepalaku dengan paruh
kerasnya. Terpaksa aku pulang karena hari sudah malam, walau hanya membawa
sedikit air.
Sesempainya di rumah, aku menyampaikan
alasan kepada ibuku untuk menjelaskan mengapa aku hanya membawa sedikit air.
Untung saja ibuku tidak marah kepadaku. Hingga suasana tenang aku bertanya
kepada ibuku “Ibu, mengapa aku harus mengambil air bau dari sumur tua yang jauh
itu ? sementara kita bisa mendapatkannya di kota” ibuku diam lalu menjawab
dengan tenang “Hanya ingin kau mengerti” aku bingung dan balik bertanya lagi
“mengerti untuk apa ?” ibu lantas menjawab lagi sambil tertawa kecil “Jadi kamu
belum mengetahuinya ya.. kalau begitu minggu depan kamu harus pergi ke sumur
tua itu dan lihat amati airnya” aku diam dan pergi tidur tanpa kata dan
pikiran.
Minggu depan sejak hari itu, saat aku
sedang memancing di sungai dekat rumah, aku teringat saran ibu untuk kembali
pergi ke sumur tua itu. Aku langsung pergi dengan niat mencari tahu apa yang
dimaksud oleh ibu. Perjalanan itu aneh, tidak seperti perjalanan yang
sebelumnya, tidak ada hewan buas, dan suasananya yang tenang.
Sesampai di sumur, aku melihat genangan
airnya dengan membaringkan tubuhku ke pembatas sumur itu. Tubuhku tiba-tiba terasa
berat, semakin berat, dan berat. Aku pun jatuh dan tenggelam ke dalam sumur,
entah kaget atau terkesan, pertama aku melihat ikan unik yang sangat indah yang
pernah aku lihat, tubuhku semakin ke dalam, aku tidak tahu mengapa aku masih
kuat untuk bernapas. Semakin jauh dari mulut semur aku tenggelam, aku melihat
banyak ikan-ikan unik yang belum pernah aku melihatnya, ikan itu dengan sesama
menerangi kehidupan sumur yang sudah tua itu. Begitu banyak ikan-ikan yang
telah punah tetapi masih hidup di sumur itu, tak hanya itu banyak juga
tanaman-tanaman yang bercahaya indah yang belum pernah dikenal manusia
sebelumnya.
Dari hal itu aku berpendapat bahwa sumur
tua itu adalah sumur yang mahal harganya meskipun suasanya seram dan air yang
bau tetapi di dalam sumur itu terdapat kehidupan ekosistem yang damai, tenang,
dan tentram tidak seprti kehidupan di luarnya yang bagus, terlihat indah, dan
terlihat lebih sempurna tetapi terdapat kehidupan yang penuh masalah dan tidak
adanya keadilan serta kedamaian yang sempurna.
Nah dari cerita itu penulis berpesan untuk jangan
menganggap semua sesuatu yang terlihat indah dan lebih sempurna akan berakibat
baik untuk kita. Sering kita berharap untuk mendapatkan sesuatu yang
lebih dari apa yang kita dapatkan, seperti jika kita melihat seorang anggota
DPR atau bos contohnya jika kita bukan orang seperti mereka pasti kita akan
berharap menjadi seperti orang itu, padahal kita belum tahu bagai mana susahnya
mengurus anak buah jika menjadi bos. Tahukah anda bahwa keadaan sekarang
yang anda dapatkan lebih baik dari apa yang anda harapkan. Maka bersyukurlah,
masih susahkah anda untuk bersyukur ?
Terkarang oleh : Muhammad Aziz
.......::::
Wassalam ::::.......
0 comments:
Posting Komentar